Penulis | Harjo Susmoro |
Ukuran | 14,5 x 20,5 cm |
Jumlah Halaman | x + 212 haaman |
ISBN | - |
Sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945, telah lebih dari tujuh dekade para pemimpin Indonesia bergerak dengan gaya kepemimpinan yang dinamis, berikut situasi nasional yang tidak mudah ditebak. Kontribusi terbaik mereka menjadi referensi penting bagi model kepemimpinan nasional sepanjang zaman.
Situasi objektif yang sulit dibendung pada era super smart society 5.0 sekarang, yakni menggejala kuatnya gejolak, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas, atau jamak dikenal dengan Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA). Dalam bermacam referensi, kehadiran fenomena tersebut secara sadar justru tidak dapat dilepaskan dari kepemimpinan nasional. Bila benar demikian, betapa dibutuhkannya peneguhan kepemimpinan nasional.
Peneguhan kepemimpinan nasional dapat ditempuh dengan kembali pada cita-cita nasional, yaitu ‘suatu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat’, serta ‘mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945’.
Pada praktiknya, cita-cita nasional diterjemahkan dalam rupaneka pembangunan nasional, untuk mencapai tujuan nasional, ‘melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial’.
Kepemimpinan nasional yang berpegang teguh pada cita-cita dan tujuan nasional tak lain sebentuk kepemimpinan strategis yang pada akhirnya dapat menjawab berbagai persoalan bangsa dan negara. Sebuah kepemimpinan yang dapat menjadi ‘ujung tombak’ kekuasaan amanah rakyat, baik di tingkat strategis, operasional, maupun taktis.
Copyright © Pandiva | All rights reserved. Website by JMW