Sekira tiga dekade berlalu, sejak lulus dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Saleh Hidayat lantas mengabdikan diri untuk tanah kelahiran, Sukabumi. Ia seorang guru, dosen, dan advokat. Siapa sangka, sekian banyak jam terbang yang ia lalui, ternyata terinspirasi oleh pengalamannya selama menjadi mahasiswa UNS.
Kepada kami, sosok yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Surakarta Komisariat Fakultas Hukum UNS Periode 1999-2000 ini menuturkan bahwa baginya, Kota Solo memiliki banyak kenangan. Ia menimba ilmu di sana. Tidak terbilang luasnya khazanah keilmuan, pranata sosial-budaya, cara menikmati hidup, dan visi nasionalisme yang terus diasah. Ia menjadi seperti sekarang ini, tidak terlepas dari pengaruh pendidikan di Kota Solo, terutama almamaternya, UNS.
Dengan bersemangat, ia mulai menulis hal-hal penting seputar rekomendasi pembangunan Sukabumi, baik itu Kabupaten Sukabumi maupun Kota Sukabumi. Identitas kedaerahan yang terbangun dari kekhasan menjadi benang merah penulisannya. Kemudian lahirlah karya penuh dedikasi, sebuah buku berjudul Menjadi Sukabumi.
Meski lahir di Subang, tetapi ia tumbuh dan besar di Sukabumi. Karena telah merasa menjadi satu dengan Sukabumi, setiap hal penting yang berguna bagi daerah ini dan ia mampu bersumbangsih, akan dengan senang hati ia lakukan.
Buku Menjadi Sukabumi diterbitkan oleh Penerbit Pandiva dan terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, Sukabumi Kota Literasi Santri. Bagian ini mengulas jati diri Sukabumi yang berjuluk Kota Santri, pentingnya budaya literasi, dan implikasinya pada pendidikan.
Bagian kedua, Ketahanan Ekonomi Sukabumi, menyajikan analisis identitas kebudayaan sebagai pilar penting perekonomian daerah. Isu-isu turunan, seperti ketahanan pangan, penguatan koperasi, dan geowisata pun disuguhkan dengan relevansi yang apik.
Selanjutnya, bagian ketiga, mengetengahkan tema Sukabumi sebagai Modern City. Penulis menandaskan pentingnya peran para akademisi, orientasi smart city, dan ekonomi kreatif bagi masa depan Sukabumi.
Buku Menjadi Sukabumi didahului oleh dua pengantar tokoh. Pertama, Wakil Bupati Sukabumi Periode 2021-2025, Iyos Somantri. Kedua, Ketua Dewan Pendidikan Kota Sukabumi Periode 2023-2028, Mulyawan Safwandy Nugraha. Artinya, keterikatan Saleh Hidayat dengan Sukabumi juga terepresentasi oleh apresiasi tokoh-tokohnya.
Membangun Perlu Pengetahuan
Saleh Hidayat berpandangan, untuk membangun Sukabumi, dibutuhkan pengetahuan yang mumpuni dari berbagai bidang keilmuan. Dengan begitu, pembangunan menjadi lebih terarah dan jelas targetnya. Pembangunan tanpa ilmu-pengetahuan yang cukup hanya akan membuat warga masyarakat tersesat dalam ketidakpastian.
Menurut Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Bulan Bintang Kota Sukabumi Periode 2004-2009 itu, kita semua potensial bersumbangsih pada Sukabumi, termasuk potensial memberikan ilmu-pengetahuan yang kita punya demi kebaikan daerah ini. Semua pihak yang saling berkolaborasi, berikut kapasitas keilmuan masing-masing, baik formal maupun informal, dapat melahirkan kekuatan besar yang sangat bermanfaat.
Sebagaimana penulis, kami juga berharap buku Menjadi Sukabumi dapat menginspirasi banyak orang untuk berkontribusi pada Sukabumi. Bila mungkin, semua kontribusi itu lantas juga didokumentasikan dengan baik sebagai bahan bakar literasi kedaerahan agar dapat dirujuk dan dikembangkan.
Siapa pun yang berkontribusi pada Sukabumi harus dibukakan pintu. Mereka bisa jadi warga Sukabumi yang tinggal di Sukabumi, atau warga Sukabumi yang tengah merantau, atau bukan warga Sukabumi tapi peduli pada Sukabumi, termasuk semua orang yang terhubung dengan Sukabumi.
Share
Copyright © Pandiva | All rights reserved. Website by JMW